3/22/2013

”Manusia mempunyai 6 Konsep Negatif & 3 Positif”


Dalam diri manusia terdapat 6 konsep yang sifatnya negatif (-),
dan hanya tiga yang sifatnya positif (+).
Ke-9 konsep inilah yg selalu bekerja dlm diri manusia pada situasi dan keadaan baik saat menghadapi maupun dllm keadaan mengalami.
Oleh sebab itu jangan sekali-kali mengambil keputusan pada saat konsep (-) bekerja, karena pasti akan menghasilkan keputusan yang tdk menguntungkan kedua belah pihak.
Perlu kita paham bahwa setiap manusia menghadapi sesuatu maka yang bekerja duluan dlm dirinya adalah konsep (-), konsep (+) kerjanya belakangan.
Itulah sebabnya manusia pada umunya lebih cepat marah bilamana diperhadapkan dgn situasi berlawanan konsep (+).
Tetapi kalau kita mampu menunda beberapa menit dlm pengambilan keputusan, maka keputusan itu akan membuahkan putusan yg lebih baik dibandingkan keputusan yg diambil beberapa menit sebelumnya.
 
Iwan H. Suriadikusumah 28 Desember jam 20:53 Balas
Dear Kusumardi , konsep 6(-) plus 3(+) itu adalah Defense Mechanism spesies manusia untuk mempertahankan eksistensinya. Pada awal-awalnya sih, 6(-) itu memang lebih bermanfaat sebagai mekanisme pertahanan.

Saat merasa diserang misalnya, timbul rasa marah.
Kadar adrenalin naik, jantung berdegup lebih kencang, mensupply darah (alias bahan bakar atau energi) ke seluruh organ tubuh, siap untuk bertarung dalam mempertahankan diri.
Dengan perkembangan evolusinya, fungsi-fungsi yang negatif itu menjadi sekunder pentingnya.

Sesuai dengan meningginya tingkat peradaban, maka tata-cara berinteraksi dengan makhluk lain dan alampun akan berkembang menjadi lebih berbudaya.

Secara sepintas dan bodo-bodoan, bisa kita perbandingkan antara sikap ras Asia atau kita orang Indonesia dengan ras Kaukasian (bule) dalam menghadapi krisis atau ancaman.
Mereka (bule-bule itu) biasanya lebih "dingin" daripada kita yang biasanya langsung marah duluan. Karena secara relatif, mereka rata-rata sudah lebih matang dan tinggi peradabannya daripada kita-kita yang baru mulai lagi menata diri setelah ratusan tahun menjadi objek jajahan bangsa lain.

Demikian juga dalam menghadapi situasi sehari-hari.

Orang yang adabnya lebih tinggi biasanya lebih tenang dan percaya diri dalam menghadapi perbedaan-perbedaan dan tidak terganggu karenanya.

After all, perbedaan itu memang fitrah manusia yang gamblang dikatakan Allah: Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. (Al Hujuraat ay.13)

Sebaliknya mreka yang masih di tahap lebih awal, akan lebih peka dalam menghadapi perbedaan-perbedaan, karena situasi demikian itu dirasakan sebagai ancaman terhadap keamanan dirinya.

Reaksinya juga akan lebih "primitif", yaitu marah, atau "cari selamat".

Perbedaan pendapat jadi merupakan hal yang tabu buat golongan ini. Bukan dianggap sebagai ajang untuk saling mengasah dan meningkatkan ilmu dan meluaskan cakrawala.

0 komentar:

Posting Komentar